Berbeda itu bukan berarti musuh yang harus saling menjatuhkan, berbea itu adalah harta yang harus kita jaga dan lestarikan. Ketika enam dawai gitar dipetik bersamaan akan terdengar merdu bahkan meneduhkan hati Sungguh amat sulit dibayangkan ketika keenam dawai gitar itu dipasang satu jenis dawai misalnya hanya tali satu dipasang untuk 6 senar. Apakah bunyi yang dihasilkan akan merdu? demikianlah keberagaman yang kita miliki, sekalipun berbeda tapi bisa hidup berdampingan dan menghasilkan harmonisasi yang indah

SHORT COURSE MULTIKULTURALISME

Guna mengimpelementasikan kesadaran moderasi beragama, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon melalui Pusat Studi antar Budaya dan Agama (PSaBA) menggagas short course atau kursus singkat multikulturalisme bagi para pemuda lintas iman, suku dan etnis di kota Ambon.

Kegiatan tersebut dilaksanakan selama tiga hari mulai dari Rabu-Jumat, 21-23 April 2021 melibatkan 30 pemuda pemudi lintas iman, suku maupun etnis di Kota Ambon dan 150 peserta secara online via zoom meeting.

Ketua panitia pelaksana Belly Kristiyowidi, MPd menjelaskan, short course multikulturalisme dibagi tiga sesi. Hadirkan narasumber diantaranya Anto Sangaji,Ph.D, Dr. A. Elga J. Sarapung (Direktur INTERFIDEI) dan Dr. Yance Z. Rumahuru, M.A (Warek I IAKN Ambon/ketua PSaBA IAKN) dihari pertama dengan materi utama “identitas, kelas dan pengelolaan keragaman”.

Kemudian, materi “nilai-nilai kearifan lokal sebagai fondasi moderasi beragama” disajikan Dr. Agustina Ch. Kakiay, M.Si (Rektor IAKN Ambon) dan Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag (mantan Rektor IAIN Ambon) hari kedua.



Serta materi tentang “merajut harmoni dalam bermedsos” oleh Dr. Leonard Chrysostomos Epafras,S.Si.,M.Th dan Y.W. Tiwery, M.Hum., D.Th akan menutup short course multikulturalisme.

Sementara itu, Rektor IAKN Ambon melalui Wakil Rektor III Dr Agus Gaspersz, MA mengakui, kemajemukan sebagai fakta sosial dalam kenyataan sehari-hari dimasyarakat belum dibarengi sikap terbuka terhadap perbedaan dan mengelolanya secara baik.

Hal ini tidak jarang menimbulkan pertikaian antar kelompok dan memengaruhi penerimaan antar indivindu dan kelompok dalam masyarakat.

Masalah penerimaan antar kelompok beda agama turut menjadi alasan untuk warga kota Ambon dan Maluku berkonflik beberapa tahun silam dan masih membekas hingga saat ini.

“Multikultural merupakan keniscayaan. Maka sebagai generasi muda, short course ini bisa menjadi media, kekuatan memfilter paham-paham yang bisa merusak keutuhan bangsa dan negara, sekaligus turut membumikan moderasi dalam beragama,” jelasnya saat membuka short course multikulturalisme di rumah moderasi beragama IAKN Ambon, Rabu (21/4).

Short course multikulturalisme ini juga tambah Gaspersz, yang hadirkan narasumber kompeten diyakini bisa berbagi ide dan pengalaman bagaimana multikulturalisme jadi nilai plus untuk menegaskan bahwa berberda sebagai kekayaan untuk saling membangun.

0 Comments